Melalui dosa kita bisa dewasa….
(Soebagio Sastrowardoyo)
Aku teringat dengan syair tersebut sewaktu membaca sebuah blog yang di post oleh seorang wanita (Indonesia tentunya) dalam bentuk puisi rintihan jiwa. Ia menyuarakan aib dan kesalahan dirinya. Dalam sekejap aku dilintasi oleh kilatan potongan syairnya Soebagio tersebut. Sebelum pergi, aku sempat juga menorehkan komentar dengan mengutip frasa kalimat tersebut (walaupun ternyata aku salah mengigat penciptanya). Sesungguhnya, potongan sajak tersebut aku temukan pertama kali sewaktu membaca tulisan-tulisannya Goenawan Mohammad di kumpulan esainya Catatan Pinggir (Seorang yang di masa mudanya dikenal sebagai seorang penyair namun kini, ia lebih dikenal sebagai sebagai penulis dan cendekiawan Indonesia).
Iseng-iseng karena teringat oleh puisi tersebut aku membuka kembali Catatan Pinggirnya Goenawan;
—“Melalui dosa kita bisa dewasa”. Kunci katanya adalah ‘melalui’: kita tidak terperosak di sana. Itulah benih harapan: rasa bersalah menyebabkan kerendahan hati, tanah subur di mana akan tumbuh nilai yang kuat tentang apa yang buruk dan baik. Tanpa itu, kita hidup dalam keliaran yang buas—
Sejenak aku hening. Merenung, menghikmati, kemudian menginsafi, bahwa dari kesalahan-kesalahan yang membuat hati kita menduka dan menyesal, dari sanalah akan terbit kearifan dan kerendahan hati. Namun semua itu dengan syarat: dosa hanyalah sebuah persinggahan bukan peristirahatan. Kita hanya melalui tanpa terjerusmus. Di Benakku aku bergema, “Ya !! (sambil terhenyak):
MELALUI DOSA KITA BISA DEWASA !!”
setuju banget, apa ini maknanya sama dengan “kegagalan adalah guru terbaik” dosa=kegagalan, tapi dosa adalah juga guru
mungkin juga….