Sains meneliti, mengobservasi, memverifikasi, menginvestigasi, menggeneralisasi, mengamati, mendeduksikan, memfalsifikasi, mengumpulkan, menyeleksi, mengindek, memutuskan dan beberapa bentuk penyelidikan yang lainnya terhadap apa yang kita namakan dunia. Sains memberikan hasil, memberikan ramalam, memberikan pengetahuan, memberikan teori. Ia begitu unggul diantara berbagai metode yang ada di dunia. Dukun berhasil disingkirkan. Diantara gereja, mesjid, sinagog, candi, klenteng, ia mampu menyelinap ke dalam maupun ke luar. Manusia menjadi sangat tergantung kepadanya. Ia membuat. Ia mencipta. Ia juga menghancurkan. Sering maupun terkadang.
Sains hadir atas nama manusia. Karena manusialah yang memberikan nama “sains” kepadanya dan juga menciptakannya. Ia menjadi alat investigasi di hampir semua level kehidupan. Polisi menggunakannya. Petani menerapkannya. Bill Gate pun tak ketinggalan ikut memilikinya. Sains memang begitu mengagumkan. Begitu mempesonakan. Begitu dahsyat. Tidak terbayang apa yang mampu ditempuh oleh manusia dengan alat ini.
Tapi tahukah anda bahwa sains amat mustahil memahami dunia. Karena sains itu bagian dari dunia. Ia memahami dunia dengan perkakas dunia. Ia memahami dunia dalam dunia. Ia takkan hadir juga tanpa indera dan kesadaran manusia. Manusia: sebuah gerombolan “hidup” bagian dari dunia juga. Jadi akhirnya, sains juga bak usaha melihat mata kita secara langsung dengan mata kita. Mustahil. Kita adalah kelinci yang tak pernah bisa keluar dari topi sang pesulap dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Penuh ketakmengertian
Haqiqie Suluh (22 Januari 2007)
Memang tidak memadai untuk memahami dunia… bagus, tapi terbatas. Untuk betul-betul memahami, ga cukup dengan panca indera. Kalo cuma mengandalkan indera, ceritanya jadi seperti orang-orang dalam goa Plato itu.
@Shinta:
hmm…. maaf saya kira anda memperdangkal apa yang saya maksud dalam cerita goa plato dengan asumsi panca indera… lebih dari itu… keterbatasan yang saya maksudkan…:)
sains itu memproduk teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia atas sandang, pangan, dan bertanya (bukan menjawab) tentang dari mana asalnya aku ini….
@agorsiloku:
Ah masak sih sains memproduk teknologi? kayaknya yang memproduk tuh manusia demi kepuasan hasrat manusia (entah buruk atau baik)… Sains cuma alat doang. Eh yang bertanya tuh siapa? Manusia apa sains? tentunya manusia juga kan?
Memahami dunia menggunakan sains seperti mendefinisikan Tuhan dengan kata2.
Qi tanya ni…manusia menciptakan sains atau manusia menemukan sains?
Salam.
goleki jawabanne nang artikelku sing liyo, wis tak singgung dikit2… :D
Wah kok kayak main pingpong yo.
Sains itu berkembang, seiring manusia hidup berkembang. Sains merumuskan keingintahuan manusia dan mencoba menjawabnya. Pertanyaan esensial-eksistensial manusia yang tak terjawab oleh sains, lalu dilontarkan kepada filsafat. Refleksinya tertuang dalam filsafat sains, yang juga belum tentu selalu mampu menjawab. Dan bukankah memang yang memahkotai manusia sebagai makhluk luhur, bukan sekadar indra yang melahirkan ilmu empiris; tetapi adalah juga intuisinya? “Intuisi” mengatasi rasio dan akal budi, ia melompat-lompat mencoba keluar dari kodrat kendati bakal jatuh lagi. Hehe.. ini terinspirasi pemikiran antropologi-metafisiknya Anton Bakker.