Beberapa orang sering mengajukan pertanyaan kepada saya,”Apakah hal yang terpenting atau paling berguna dalam kehidupan?” Saya sering kali tidak menjawabnya. Atau jawaban yang saya berikan hanya biasanya seperti ini,” Jika kita bertanya kepada seseorang yang sedang kelaparan, jawabannya adalah makanan yang mengenyangkan. Jka kita bertanya pada seseorang yang sedang kehausan, jawabannya adalah minuman yang menyegarkan. Jika kita bertanya pada seseorang yang sedang kesepian dan terasing, jawabanya barangkali ditemani orang lain. Jika kita bertanya pada seseorang yang gila jabatan dan kekuasaan, jawabannya barangkali menjadi presiden. Jika kita bertanya pada seseorang yang kasmaran dan rindu pada kekasih, jawabannya adalah pelukan kehangatan dan ciuman mesra dari kekasihnya.” Demikianlah jawaban yang bisa saya berikan. Jawabannya saya tersebut muncul dari kesadaran bahwa hal-hal yang terpenting dalam kehidupan merupakan sesuatu yang subjektif ketika ia mengada dalam pikiran dan hati manusia.
Banyak orang suka membaca atau menulis. Namun selera membaca dan menulis tersebut berbeda-beda. Ada orang yang suka membaca koran dan komik, sebagian lagi suka membaca novel dan sebagian lain lebih menyukai buku-buku fisika dan matematika atau penemuan teknologi lainnya.
Jika kebetulan saya tertarik pada permainan ps atau pada sepak bola, saya tidak bisa memaksa orang lain untuk ikut menyukai kesenangan saya. Jika saya suka menonton semua program sepakbola di televisi, saya harus sadar bahwa orang lain mungkin menganggap olah raga tersebut membosankan.
Demikianlah realitas manusia. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda namun tetap Manusia.
Semoga bermanfaat (digubah dari penggalan sebuah novel “DS”)
Penuh Senyum,
Haqiqie Suluh
Dalam kebhinekaan hidup
Kita terbentur pada orang lain
Yang sama dan yang beda
Seindah warna pelangi
Yang akan menghiasi cakrawala
Di mataku
Itulah hidup dan kehidupan
(HS, 16 Maret 2006)
Dalam tulisan2 anda sering menyebut diri anda adalah orang yang beda dan tak sama. Mungkin saya sedikit paham dengan maksud anda tersebut dengan melihat tulisan2 anda.
Tapi untuk pribadi/perilaku seorang manusia apakah kita harus “berbeda” dalam berinteraksi sengan sesamanya?
Semoga k2 tetap orang yang sama yang penuh kerendah hatian. Saya dukung kalo mau bikin buku ^_^
Emmmm…
Soal kebutuhan kenapa ga tanya Maslow aja?
Berbeda-beda, berhirearkhi etc.
Pada akhirnya kita tetap akan butuh kepada “bukan sesuatu” yang sama sekali tidak membutuhkan kita.
Selamat memenuhi kebutuhan