Satu peristiwa telah menyadarkan diriku akan sesuatu hal lagi. Daya ingat. Daya ingat atau memori, yang seringkali sangat dibutuhkan untuk digunakan pada saat yang mendesak dan tepat ternyata malah sangat sulit dikeluarkan. Akan tetapi ingatan tersebut ternyata amat mudah dikeluarkan pada waktu yang lain yang notabene tidak begitu penting atau urgent.
Ambilah salah satu contoh dari kehidupan sehari-hari kita. Beberapa jam yang lalu, proses pelupaan telah terjadi pada diriku pada saat aku sangat membutuhkannya. Saat itu aku berada pada saat yang tepat untuk mengembalikan sebuah buku yang aku pinjam dari temanku, tetapi aku lupa mengembalikannya. Yang patut disayangkan bahwa bukannya aku lupa membawa, tetapi aku lupa mengeluarkan dari tasku dan memberikan kepada pemiliknya. Hal itu baru kusadari ketika aku telah meninggalkan tepat pondokkannya dan pulang kerumah. Padahal hari itu aku sudah merencanakan untuk mengembalikan buku tersebut.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Satu hal yang patut dicatat dari peristiwa ini adalah bahwa kita tidak bisa mengandalkan memori yang tercatat pada otak kita. Sudah saatnya kita mengalihkan ke teknik yang lainnya misalnya setiap suatu rencana maupun harapan kita catat kedalam bentuk tulisan. Dengan mengikat ide dan pikiran atau ingatan kita ke dalam bentuk tulisan berarti kita telah mengikat ingatan tersebut ke dalam bentuk yang permanen yang tidak akan hilang kecuali dihapus atau dibakar. Apabila kita membutuhkannya setiap waktu kita dapat menengok kembali ke dalam tulisan yang telah kita buat tersebut.
Dari Catatan Lampauku
Tertanggal 14 Desember 2004
Haqiqie Suluh
Hmm…
Untuk jangka panjang memang sungguh berguna ya mas. Tapi bagaimana kalau dalam jangka pendek kita juga bahkan lupa untuk membuka catatan kita kembali?
Mungkin yang perlu dilatih ya soal bagaimana caranya kita melatih diri kita untuk tidak lupa. Oh iya, kebetulan saya juga saya lupa bawa postingan yang sudah saya siapkan. Jadi ingat… :mrgreen:
tulisan tentang kelupaan yang mengingatkan saya pada kata2 seorang teman, “pada akhirnya yang tersia hanyalah teks” luar biasa, tapi ini tentu tidak bisa disamaratakan pada semua orang karena imam bukhari, perawi hadist yang hafal ribuan hadist ternyata tidak mempunyai satu catatan hadist pun, beliau hanya mengoptimalkan otak kanannya
tulisan tentang kelupaan yang mengingatkan saya pada kata2 seorang teman, “pada akhirnya yang tersisa hanyalah teks” luar biasa, tapi ini tentu tidak bisa disamaratakan pada semua orang karena imam bukhari, perawi hadist yang hafal ribuan hadist ternyata tidak mempunyai satu catatan hadist pun, beliau hanya mengoptimalkan otak kanannya
Mungkin semakin tua kita semakin mudah lupa, alias Pikun, karena memori kita dah penuh, sayangnya kita nggak bisa menghapus memori tertentu yang sudah nggak berguna lagi ya qi…? Tapi ada nggak ya memori yang nggak berguna?
Absen ndise ah
Wes suwe ra rene,kangen moco tulisane om suluh.
Biasane seng iso jadi magnet trus nagkring neng ingatan iku peristiwa seng paling buruk atau paling menyenangkan/bahagia. Peristiwa biasa mah, sering bablas, blas.
Memorine menungso memang terbatas tas tas tas…
Untung lho terbatas, nek ora terbatas, awa’e dewe malah jadi ra gelem nulis. Konon si menulis itu sehat, mengembangkan syarap otak-imajinasi-sensorik, juga motorik. ihihihii padahal aku juga jaaaaarang nulis, tapi kok komentar koyo ngene :-).
Pengen nulis ben sehat koyo om suluh dan kawan-kawan tapi ra iso gawe blog :-(,
isone koyo ngene om,pengen moco we koneksine kekunci, jadi nebeng. Nelongso, mesakne, hehehe