Sekilas saya teringat pada sebuah judul film yang dibintangi will smith ketika saya memikirkan atau lebih tepat sedang menuliskan judul dari artikel ini: The Pursuit of Happiness. Jujur, saya belum pernah nonton film ini, cuma pernah beli vcdnya dan belum sempat saya tonton karena tidak bisa diputar di laptop saya. Saya tidak tahu isinya, walaupun ketika memikirkan tentang “Kebahagiaan” saya sering teringat tentang judul film tersebut.
Kembali ke topik.
Sekilas mengenai Kebahagiaan
Kebahagiaan dalam arti paling sederhana adalah RASA MANUSIA. Maksudnya adalah kebahagiaan adalah suatu kondisi dimana seseorang insan manusia mengalami “perasaan – (perasaan)” atau “emosi – (emosi)” bahagia. Dalam pengalaman “pribadi” saya sebagai manusia, identitas rasa ini selalu saja merupakan entitas yang temporer, dengan demikian kebahagian juga memiliki suatu rentang periode tertentu. Bahagia adalah bagian dari rasa. Bagian dari manusia.
Pelabelan “rasa tertentu” yang mengada dalam diri manusia menjadi nama “bahagia”, saya pikir lebih pada sebuah proses kategorisasi. Rasa atau emosi dalam diri manusia secara holistik adalah “SATU”, namun ia mengejawantah dalam berbagai bentuk yang “oleh kita” sepertinya berbeda beda. Perbedaan perbedaan inilah yang kemudian kita namai berbeda beda. Sedih, Haru, Tawa, Takut, dan sebagainya adalah bentuk bentuk dari RASA yang satu.
Senang, Suka, Gembira, merupakan penamaan penamaan dari beberapa pengejawantahan perasaan / emosi. Bahagia merupakan sebuah hal yang unik (sejauh dari pengalaman bahasa saya), yang menempati posisi yang levelnya lebih tinggi dari sekedar senang, suka, enak, atau gembira. Bahagia secara personal memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sekedar senang. Bahagia bisa mencakup senang, gembira, suka, namun senang belum tentulah merupakan hal yang seseorang rasakan sebagai “kebahagiaan”.
Penggunaan kata bahagia dalam kesehari harian tidak pernah (jarang sekali) dinisbahkan pada peristiwa peristiwa yang temporer (memiliki periode yang singkat). Contohnya ketika kita mendapat sebuah kejutan dari sahabat, kita akan mengatakan bahwa perasaan kita senang, atau gembira, atau suka, tetapi penggunaan kata bahagia kurang tepat dalam peristiwa tersebut.
Bahagia digunakan lebih pada penghayatan atau penilaian kehidupan yang telah ditempuh atau akan ditempuh (dalam rentang yang cukup panjang). Dia lebih bersifat umum dan lebih mendalam.
Apakah engkau Bahagia? Pertanyaan seperti ini, sering kali ditanyakan bukan karena adanya sebuah moment tertentu. Ia bersifat mempertanyakan “kehidupan” yang telah dijalaninya. Bahagia adalah sebuah taraf yang rasa dari kumpulan kumpulan rasa.
Mencari Kebahagiaan?
Terkadang, atau mungkin sering kali, orang mengatakan bahwa dalam hidup ini yang dicari adalah Kebahagiaan. Kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan yang abadi. Hal ini juga ditambah akan kenyataan bahwa kepercayaan kepercayaan masyarakat juga mengisyaratkan akan hal ini. Surga adalah sebuah simbol dari Kebahagiaan. Disanalah tempat pencariaan dimana setiap orang ingin mendiaminya. Surga adalah sumber kebahagiaan. Dari kecil kita sudah ditanamkan akan hal ini. Surga digambarkan / diilustrasikan memiliki apa yang sering menimbulkan rasa senang, atau suka atau gembira: kesenangan (makanan yang enak, minuman yang nikmat), keindahan (emas, wanita cantik / bidadari), dan tentunya seksualitas sebagai sumber ektase alami.
Aktifitas kita (yang tersadari) sering kali ditujukan untuk mencari kebahagiaan. Untuk apa anda kerja? Untuk apa anda cari uang? Untuk apa anda Beribadah? Untuk apa anda Berdoa? Terkadang jawaban yang muncul adalah Untuk Kehidupan yang lebih baik, untuk mendapatkan Surganya, Untuk membahagiakan keluarga saya (yang tentunya dia sendiri), dan akhirnya untuk Kebahagiaan.
Dari pengalaman saya atau dalam pengetahuan saya, Kebahagiaan itu adalah kumpulan dari rasa rasa “bahagia”, kumpulan dari senang, suka, enak, nikmat, ektase dan sejenisnya. Pencarian Kebahagiaan sesungguhnya lebih kepada pemerolehan rasa rasa “bahagia” tersebut dalam sebuah gerak hidup insan manusia. Sebisa mungkin memperpanjang waktu atau periode dimana kita memperoleh rasa rasa “bahagia”. Sebisa mungkin mencari moment moment yang bisa memunculkan rasa rasa “bahagia”.
Polaritas Rasa dan Moment Periodik
Secara alami, atau responsif, kita berekasi dengan situasi atau kondisi. Saya pikir, rasa rasa “bahagia” tidaklah mungkin hadir dalam kosa kata kita jika tidak ada rasa rasa “tidak bahagia”. Dalam arti tertentu bahagia merupakan sebuah ungkapan untuk menafikan yang rasa rasa “yang bertentangan dengannya”: duka, sedih, takut, menderita, dan sebagainya.
Surga sebagai sebuah simbol impian kebahagiaan dilukiskan tidak akan memunculkan jenis jenis perasaan duka, sedih takut, sebagaimana dia ditentangkan dengan Neraka sebagai simbol ketakutan atau ketakbahagiaan.
Bahagia adalah kumpulan moment moment periodik rasa tertentu manusia. Menderita juga merupakan kumpulan moment moment periodik rasa tertenut manusia. Secara responsif, kondisional, dia bereaksi terhadap situasi dan apa yang ditangkap oleh indera kita. Makanan yang lezat oleh lidah berlawanan dengan Makanan yang bikin lidah “gak bahagia”, Suara yang merdu, berlawanan dengan Suara yang sumbang yang ditangkap oleh telinga. Bau yang wangi oleh hidung, berlawanan dengan bau yang busuk, dan Hadiah dari teman yang kita nantikan, berlawanan dengan Tamparan atau Makian dari Orla, dan sejenisnya. Semuanya memiliki rentang waktu, semuanya memiliki periode periode tertentu.
Kebahagiaan hanyalah Rasa tidak kurang tidak lebih
Kebahagiaan adalah Rasa. Hanya itu yang bisa saya simpulkan. Akan tetapi, sebagai manusia, sebagai orang, sebagai insan yang benar benar “ada dan mengada di bumi ini” saya katakan bahwa, Kebahagiaan tanpa adanya rasa yang berlawanan, semisal kecut, takut, benci, muak, dan sebagainya, layaknya kebahagian di Surga tanpa Neraka, adalah sebuah Robot alias Kebahagiaan Semu. Kita tidak lagi MENJADI MANUSIA jika kita hanya mengalami RASA RASA BAHAGIA.
Manusia adalah Rasa: duka, cinta, asmara, senang, duka, tangis, takut, dst. Dari segala rasa kita MENJADI DAN BERPROSES sebagai MANUSIA.
Duka, cinta, senang, kecut, adalah alami dan hampir selalu dimiliki oleh insan manusia, hanya saja bagaimana kita mengelolanya dan menghadapinya. Pemahaman, Pengertian, Langkah langkah situasional, bisa memperpanjang moment moment bahagia dan memperpendek moment moment tak bahagia. Kita tidak bisa mengelak dari memiliki rasa rasa bahagia, sebagai mana anda tak bisa mengelak jika sedang menyantap masakan yang lezat atau menikmati seks yang hebat, sebagaimana juga anda tak bisa mengelak jika sedang menghirup bau busuk bangkai tikus di rumah. Tinggal bagaimana kita mengelolanya dan memahaminya. :)
Salam Penuh Rasa
Haqiqie Suluh
Kebahagiaan itu mungkin juga terkait dengan kemampuan mengelola perasaan.
kebahagiaan??? seperti air mengalir kali ya..
aku yo pengen ngopi janne, yo wis nduwe kopi, tp isih kurang ik
Kebahagian tiap orang berbeda2 tergantung persepsi masing-masing, but mostly ada satu hal yang semua org setuju ttg kebahagiaan…..apaan tuch??? :)
Jawabnya….kebahagiaan itu harus kita raih dan pelihara…hehehe setujuuuu?
apakah anda bahagia sekarang? hehehe wah tetep aktif nulis ya?hebat!
…Tanpa kesengsaran kita tidak akan mengenal kebahagian demikianpun sebaliknya…kebahagian yang datang terkadang membuat kita menjadi terlena sehingga cenderung melupakan adanya kesengsaraan, kesengsaraan terkadang membuat kita seolah-olah tidak lagi melihat akan adanya sebuah harapan, oleh sebab itu akan lebih bijak bagi diri kita sendiri, bila memandang bahwa kebahagian dan kesengaraan memiliki nilai dan rasa yang sama karena kebahagian dan kesengsaraan yang kita alami dalam hidup ini merupakan ujian dan cobaan yang diberikan olehNya..
k’lo rembulannya kembali, mas suluh bahagia tuh.. hehehe…
kebahagian adalah kemampuan diri mengelola tentang rasa dan realita yang diupdate kembali terus menerus dan mempunyai suatu nilai varian tersendiri….
wan, tak ganti ae meneh domainne o’ :D
jan-janne usaha bisnis online indon sing apik ki opo to wan?
yen koyo si joko kae opo iyo iso tenan to? malah kayane kok mending dbs timbang koyo ngono iku, soale isine kon ngedol thok ik.
ndang d reply yo
weleh gonta ganti domain kowe ki bud. Lak wis tahu tak saranke toh kowe. lan wis tahu tak wenehi contoh2 blog yang berhasil toh?
wis toh aku tidak menyarankan koyo si joko. bisnis “MLM” buku sing isine ora luwih apik seko buku nang gramedia. mung mencari duit dari orang yang “pengen dapat duit” cepet n gedhe. rugi kowe.
kebahagiaan itu berasal dr pikiran kita….
sing tak elingi mung momoy thok lha jenenge gampang diapal :D
sing aku tak ngoyak pagerank dhisik
wis tau weruh iki http://google.blogspot.com
ki, teman-teman lama masih pd kontek gak? pa ganti nmr ya. tak hbungi gak prnah bales tuh.. yg di smk ma kebmn. menawi kpanggih nyuwun tlg dipun kirimaken lwt email nggih mas. mtrnwuun. pareeng
oh oh oh mas iwan apa kabarmu pagi ini
bahagia… :|
cuma bwt orang2 tertentu aja tuh bang… :|
kali ini benar-benar sependapat dah :D
wan kw jik ngurus surat inthil yo
ra mudheng aku…
kebahagiaan happy happiness…
tergantung sugesti yang diberikan kepada mind kita sebelumnya…
kebahagiaan menurut kita bisa jadi bencana buat orang lain. es yang dingin menyegarkan akan menjadi kebahagian buat orang yang kehausan atau di iklim trofik, tapi bencana buat yang lagi kena tipus……he..he..yang dibilang sama mas suluh polaritas rasa tea,
rasa syukur yang mendalam atau mengerti bagaimana bersyukur itu?
menurut saya itulah kebahagiaan sejatinya (definitely)
karena pada intinya Tuhan tidak pernah membuat ketidakbahagian (kesengsaraan)…manusianya lah yang tidak sanggunp menikmati dengan kondisi yang sudah tercipta…
Katanya, Kebahagiaan yang hakiki terletak pada sikap hati kita, ya mungkin pandainya hati ini mensyukuri semua nikmat dari sang Maha Kuasa, walaupun kadang kita tidak pandai mensyukuri sesuatu yang kadang kita anggap kurang membahagiakan…
Pirsuit of Happines…suka keren banget…So Inspiring.
menurut saya, kebahagiaan itu bukan ‘rasa’, tapi ‘kata’.
dan, seperti setiap kata lainnya, yang penting adalah implikasi dari kata itu. apa yang akan kamu korbankan untuk mengejar ‘kebahagiaan’? apa yang terjadi saat kamu ‘bahagia’?
ini bisa jadi rumit, atau bisa jadi sangat sederhana… saya pilih yang sederhana. mungkin kita bisa ‘bahagia’ kalau kita ‘menikmati’, dan mungkin kita bisa menikmati kalau kita ‘menerima’.
saya percaya, dengan diawali dengan penerimaan yang penuh atas keadaan(atau dengan kata lain, ‘takdir’, dalam arti luas tentunya), akan lebih mudah bagi kita untuk ‘mengerti’ apa yang kita lakukan, dan pada gilirannya ‘memaknai’ apa yang kita lakukan.
sumber kebahagiaan berbeda untuk setiap orang, tapi saya rasa konsep ‘nrimo’-nya orang jawa itu bagus sekali. well, eniwei, u can have it your way, though.
the happiness is INSIDE you after all.
lah jand mbotens ngertos bahasa bahasane juragan iki, terlalu tinggi buat aku..sing jelas menurutku yah bahagia itu rasa senang apa sedih,sedih dgn mengingat apakah di kehidupan yg abadi kelak akan sebahagia khdupan di dunia..?
Kebahagiaan itu tidak perlu dicari semakin dikejar semakin lari menjauh, tetapi Kebahagiaan itu diciptakan dalam hati kita sendiri untuk merasakan apa yg membuat kita Senang, nyaman, tenang, (disuka) dll
Caranya cukup mudah : Yaitu dengan cara memberi pengertian pada diri kita sendiri. (tentang Need dan Want)
Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana. “Sedang apa kau disini anak muda?” tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. “Apa yang kau risaukan..?” Anak muda itu menoleh ke samping, “Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?”
Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian.
Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, “di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan.
“Ya…tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu” sang Kakek mengulang kalimatnya lagi. Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu- kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, “Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah. “
Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. “Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” Sang Kakek menatap pemuda itu. “Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu.”
“Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri.”
Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
Moral Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana- sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya.
Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya. Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya,
semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.
Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita.
Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.
Kita harus percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu “hinggap” di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.
xixixi,,, kebahagiaan kalau dipikirkan memang bikin puyeng,,, seperti ndak mungkin kita menjatuhkan diri pas naik motor ke jalan, kalau mau merasakan kena tabrak,,,
bagi saya “just do it” saja, maaf komen bloon,,, :D
kebahagiaan yang tak tergantikan di dunia itu ketika kita bahagia melihat orang lain bahagia karena qt
mantap lah
Kebahagiaan adalah sebuah nama yang biasanya memberikan manusia harapan final; akan tetapi meskipun terdapat kesepakatan dalam penamaan harapan final dengan kebahagiaan, namun tidak ada satu keyakinan dalam definisi. Menurut Arestoteles, sebagian orang membayangkannya sebagai kelezatan dan keberhasilan dan sebagian yang lain sebagai kemuliaan dan kehormatan sosial serta para filsuf meyakininya sebagai perenungan dan pemikiran terhadap realita-realita final eksistensi. Disamping itu, terkadang seseorang memperoleh berbagai macam pandangan tentang kebahagiaan; misalnya ketika sakit, menganggap kebahagiaan adalah kesehatan, ketika fakir dan keterdesakan perokonomian menganggap kebahagiaan adalah harta dan kekayaan dan seterusnya…
Namun kesulitan mengenal kebahagiaan tidak harus menghalangi kita untuk berusaha meraihnya; karena setiap langkah tanpanya ibarat memanah dalam kegelapan, tidak ada harapan untuk mengenai sasaran.
rasa itu apa?