Tadi malam saya (bersama teman teman kos saya), makan malam di angkringan di alun alun kidul: dua nasi kucing, 3 gorengan, dan susu jahe telah lewat dikerongkongan dan mengisi kekosongan perut saya malam itu. Salah satu teman saya katanya tertarik untuk mencoba sebuah mitos di alun alun selatan jogja itu: mitos melewati ringin kembar. Dia ternyata gagal melewatinya. :D
Konon, siapa aja yang bisa melewati dengan menutup matanya, lewat di tengah tengah dua buah pohon beringin di tengah alun alun kidul kraton yogyakarta, segala harapan bisa terkabul. Namun saya mendengar sisi lain dari sejenis “mitos” ini.
Dahulu kala ketika sultan hamengkubuwono pertama bertahta, ada sebuah cerita tentang sebuah perkawinan. (waduh aku kok jadi males nulis ya, jadi maaf saya singkat aja).
Putrinya sang sultan itu mau dipinang seorang lelaki (saya gak dapat cerita tentang siapa dia: namanya, darimana dll), namun sayang sang putri tidak begitu menyukainya. Alhasil sang putri meminta syarat: Jika pengen si pria menikahinya, maka dia harus bisa berjalan dengan mata ditutup (tertutup) dari pendopo yang ada di sebelah utara alun alun kidul melewati dua ringin kembar ditengah alun alun dan finish di pendopo yang ada di sebelah selatan alun alun kidul tersebuh. Dan ternyata siasat sang putri ini berhasil, si pemuda gagal menjalankan misinya.
Kemudian sang sultan memberikan sabdanya bahwa yang bisa melewati syarat sang putri itu, hanyalah pemuda yang hatinya benar benar bersih dan tulus.
Saya tidak mendengar cerita apakah dikemudian hari banyak pemuda yang berusaha melewati pohon beringin kembar itu atau tidak. Yang saya dengar hanyalah bahwa ternyata seorang pemuda dari Siliwangi (katanya anak dari prabu siliwangi) berhasil melewati rintangan yang disyaratkan oleh sang putri. Dan sang putri akhirnya dipersunting oleh pemuda tersebut.
Secara politik kemudia muncul suatu kekerabatan yang erat antara Mataram dengan Kerajaan Siliwangi.
Demikianlah cerita yang saya dengar.
Salam Penuh Tawa
Haqiqie Suluh
Komentar Anda