Saya tidak tahu harus menuliskan apa. Saya masih gemeteran dan shock. Saya masih tak kuasa menahan hati yang gemetar. Entah ini nyata atau cuma gosip belaka. Tetapi Aku merasa yakin kalau Perempuan Temenku itu bukanlah Pembohong.
Jambi. Suku Anak Dalam yang hidup dan mencari kehidupan dan mempertahankannya di dalam Hutan Lindung telah menjadi sejenis proses tragedi bagi seseorang yang bernama Sama dengan diriku: Haqiqie
Istrinya cerita kemarin sore menjelang maghrib kalau haqiqie belum pulang selepas dia pergi 5 hari yang lalu. Istrinya cerita kalau haqiqie pamit cuma pergi sebentar. Lalu sampai 5hari belum pulang, ada apa gerangan. Suara kegelisahan dan khawatir terdengar di telepon.
Pagi ini. Perempuan itu menelpon dengan penuh isak tangis. Haqi telah pulang Kak. Pulang terbungkus karung. Dengan tubuh luka dan,,,, JARI KAKI TINGGAL DUA!!!
Tadi malam aku dengan suara mobil, terus dengar suara barang jatuh di depan rumah. Dan kemudian terlihat karung. Dibukalah karung itu dan ternyata KAKI Manusia keluar dari karung itu. Dialah HAQIQIE.
Salam Penuh Haru
Haqiqie Suluh
PS: Cerita ini benar-benar bukan karangan saya. Semua berdasar pada cerita yang dituturkan ISTRInya. Semoga kalau ada yang membaca cerita ini, dan memiliki kekuasaan untuk “melakukan” espose atau investigasi, sebuah proses KEADILAN bisa diwujudkan. Untuk saat ini, hanya ini yang bisa kulakukan.
Haqiqie itu juga suku anak dalam?
Pernah juga tinggal hampir sebulan di hutan Jambi. Kala itu (pertengahan tahun 1990-an) hutan rimba sudah sangat berkurang karena berubah menjadi kebun karet. Konon saat ini keadaannya lebih mengenaskan lagi karena selain kebun karet juga kebun sawit dan HTI.
Habitat suku anak dalam semakin menyempit dan terdesak. BUkankah mereka juga warga negara Indonesia?????
Salam,
bukan mas… haqiqie itu anggota LSM yang memberi pendidikan pada suku anak dalam…
Mengapa anggota LSM diperlakukan seperti itu, Mas Suluh ???
Ada kaitannya dengan HTI…?
Atau pendidikan untuk suku anak dalam dipandang tidak menguntungkan bagi proses pembodohan para pembalak bajingan ???
Bah….kita emang hidup di negeri menjijikkan.
Saya tidak sok suci, tapi kalo saya melakukan sesuatu yang salah, nggak bakalan saya malah bersukur, why ???? Karena dihatiku setidaknya ada sedikit perasaan nggak enak.
Tapi anda lihat bagaimana percakapan anggota DPR Al Amin dengan Sekda Bintan.
Al Amin yang “religius” bahkan sempat mengingatkan Sekda Bintan untuk Sujud Sukur – karena kongkalikong mereka diambang pintu keberhasilan.
Yang DI ATas seperti itu, yang dibawah mau bagaimana lagi.
Kalau anda punya data yang lebih valid, mungkin koran lokal atau apa. bisa juga ditampilkan. Linknya atau apalah.
Saya turut simpati dengan rekan anda.
SALAM.LovePassword.
Ya ampun ngeri baca tulisannya pa lagi ceritanya…
nggak ada yang disensor ni adegannya. takut…
suku anak dalam jambi alias Orang Rimba..tidak mungkin melakukan hal itu…Orang Rimba jauh lebih beradat dibanding kita masyarakat luar…
mereka sangat hormat dengan orang lain….ada nilai yang mereka punya tapi kita tidak….
sebagai wartawan lokal..saya malah tak mendengar ada kasus “karung” seperti cerita di atas…
lagian Orang Rimba tak bisa membawa mobil..jangan kan mobil sepeda pun tidak…jadi tak mungkin Orang Rimba melakukan hal seperti cerita Anda di atas….
Maaf…mungkin Anda terlalu berimajinasi dalam mengarang cerita……
@atasku: Baca lagi mas yang teliti… n saya sama sekali gak ngarang cerita…
maaf sebelumnya,klu kata2 saya ni menyakitkan dan menyinggung perasaan si tukang suluh.ku bnr2 putra daerah jambi,dan ku sangt tidak setuju dengan tulisanmu itu.palagi ku pernah ikut dan terjun langsung meng-ekpose suku anak dalam jambi (SAD)khususnya daerah kabupaten Muaro Jambi (pecahan dari batang hari).bnr tu yg dikatakan donapiscesika, SAD g ada yg bsa naik kendaraan bermotor pada tahun yg kau sebutkan.kecuali saat ini yg labih maju oleh training teman2.jadi tolong d minta suumber dan terpercaya.
@clay: coba baca lagi tulisan saya.
kayak kenal ne, sp yo ???
Salam Kenal,
dari : http://djambi-koha.blogspot.com
(tambah aksesoris blog anda)
salam mbak Haqiqie Suluh
Saya sangat tersentuh atas tulisan Mbak, kebetulan kami sedang mencoba mengembangkan Pemanfaatan kemampuan penyerapan karbon dalam rangka ikut menjaga iklim dan juga sebagai salah satu upaya mengentaskan kemiskinan penduduk dipinggiran hutan, tanpa merusak hutan tersebut, saya sangat berkeinginan memperoleh informasi tentang hutan lindung yang ada di Jambi yang pernah Mbak dalami
Salam
teridah bgn
Jadi…itu perbuatan siapa ??
??? benarkah seperti itu keadaaany??
saya tdk percaya. saya sedang ada proyek kesana dan kesan saya dengan suku anak dalam merupakan kesan yang baik. mereka sangat beradap.
sungguh saya tidak percaya, saya sebagai putra jambi tidak percaya dengan apa yang anda tulis. saya setuju dengan pendapatnya @Day.
suku anak dalam dijambi sudah terdidik, bahakan sering sekali kalangan selebritis berkunjung kesaana, merekapun disana disambut hangat dengan suku anak dalam tersebut, sampai ada acara yang ditayangi slah satu televisi suasta merekapun mengadakan shoting disana di sambut dengan hangat…
Jadi saya benr-benar tidak percay…
mohon maaf dan terima kasih