Rintihan Seorang Golput: Salahkah Aku Tak Memilih Dirimu?

Katanya ini alam Demokrasi
Katanya ini alam Toleransi

Kenapa Kamu Paksa Aku Memilih

Katanya ini alam Kebebasan
Katanyai ini alam Hargai Menghargai

Kenapa Masih saja Kamu salahkan Aku karena Tak Memilih

Kalau Aku tak Memilih
Kalau Aku tak Melirik

Apakah aku tak berhak hidup di alam ini?
Apakah aku lalu tak layak dapat bantuanmu?
Apakah aku tak berhak menikmati jalan aspal di depan kampungku?

Kau kata aku tak berpendirian
Kau kata aku tak bertanggung jawab

Tolonglah aku ini hanya ingin hidup
Jika kamu memang ingin membantuku
Carikan aku pekerjaan
Biar aku dan anak istriku bisa makan
Tak usah kau paksa paksa aku!

Ataukah Bantuanmu bersyarat?
Ataukah Pertolonganmu tak Ikhas?
Oh naifnya dirimu

Salahkah aku?
Jika aku hanya ingin hidup
Tanpa Riuh Pesta Pilihanmu

Salahkah aku?
Jika aku hanya jadi penonton
Menonton Sorak sorai Kampanyemu

Jika kamu jadi
Akankah kamu hanya ingat pemilihmu
Dan mengabaikan diriku yang bukan pemilih
Ah naifnya dirimu jika begitu

Jika kamu jadi
Kewajibanmu juga menolongku
Menolong Pemilihmu
Menolong bukan Pemilihmu
dan Tentu diriku yang tak memilih

Itu Pemimpin Sejati!

Ingat! Walau aku tak memilihmu
Aku berhak menkritisimu
Ingat! Walau aku tak memilihmu
Aku berhak mengharap dan berharap

Aku hanya lidi diantara berjuta lidi
Semut diantara ratusan juta semut.
Tapi aku masih manusia
Yang punya hasrat hidup dan bergembira

Golput itu bukan dosa, Kawan!
Golput itu bukan neraka…
Golput itu pilihan… atau mungkin ketidakberdayaan…

Golput atau tidak…
kamu masih Kawan dan Saudaraku…
Indonesia masih Negeriku…
Sewan masih jadi Kampung Kecilku…
Bukan begitu?!??

Haqiqie Suluh